Kalau lagi mantengin twitter.com seringkali, salah seorang teman saya, @indonesianly bertutur mengenai pekerjaannya. Yang paling sering sih seberapa larutnya dia harus pulang, sampai-sampai hari Sabtu pun bisa pulang sampai malam. Salah satu twitnya yang hampir beberapa kali dia post dengan nada serupa adalah demikian "Ya ampun, jam segini masih di kantor aje.. Yah gini nih kerja ikut Jepang."
Ungkapan dia di twit itu tidak berarti dia benar-benar bermajikankan orang Jepang. Hanya saja, ungkapan itu sering digunakan kalau dalam situasi pekerjaan yang menuntut banyaknya pekerjaan yang harus diselesaikan, atau lamanya waktu yang harus dihabiskan.
Kurang tahu juga sih, persisnya dari mana asalnya ungkapan itu. Mungkin, mungkin ya, karena Indonesia dulu pernah dijajah Jepang dan ada sistem kerja paksa yang disebut Romusha. Atau kerja Rodi saat bangsa Indonesia dijajah Belanda. Atau bisa juga karena warga Jepang yang dikenal sangat disiplin dan gila kerja. Sehingga hampir sepanjang hari mereka harus bekerja. Mungkin ya. Ini masih perkiraan saya asal-usul dari ungkapan tersebut.
Well, yang jelas secara ala kadarnya kami bisa mengerti maksudnya mengutarakan lelahnya dia dengan ungkapan tersebut.
Di kantor tempat saya bekerja, saya bersyukur bisa bertemu dengan berbagai partner dari berbagai macam negara seperti Finlandia, Singapore, China, Amerika, Austria, U.K, Jepang, India, dan masih banyak lagi. Simply because I am working in Export-Import Trading fields.
Di antara sekian banyak principal, Principal kami dari Jepang memiliki kantor rekanan di Indonesia, di Surabaya, dan meminjam beberapa meter persegi di kantor tempat saya bekerja. Tak jarang sang Japanese datang juga di kantor.
Mengingat ungkapan teman saya itu tadi, saya pun bertanya pada salah satu kolega saya asli Indonesia yang sudah hampir 20 tahun bekerja dengan kantor rekanan Jepang tersebut di Indonesia.
Saya tanya pda kolega saya itu, seringkali orang menganalogikan kerjaan yang berat, lama, dan sejenisnya itu dengan kerjo melok Jepang (Kerja ikut Jepang). Nah, karena kolega saya itu orang yang benar-benar kerja ikut Jepang, saya tentu pingin tahu dong seperti apa kenyataannya. Percakapan nan menyenangkan itu saya rangkum dalam 5 twit dalam twitter saya.
The Tweets from @Evatarida by Eva Tarida |
Dalam 5 tweets tersebut saya menulis:
1) Japanese really concern with time. U promised to pick them at 8, u arrive 7.55, the Japanese already there!2) Trust is the main thing! Once we have their trust, everything will be fine - as long as we are not ruining it.3) Once you lost their trust, it'd be super hard to gain it back. A very hard! Especially in business matter.4) When we are a newbie, they'll give u international jobs with local salary. Sad? Yeah! But it's the time to prove yourself and gain more.5) Never give stupid reason(s). Traffic jam will be a boomerang for u. Better direct give apology. Reasons only if really meant!
Disiplin adalah nama tengah mereka rupa-rupanya. Sehingga manajemen waktu tentu salah satu hal yang trend di sana. Kolega saya berbagi cerita sewaktu dia ikutan rapat di Jepang. Semua harus pay full attention! Tidak boleh ada kesibukan sendiri. Kalau memang kamu merasa sedikit boring atau lelah atau mengantuk, you better stay quiet.
Begitu rapat memasuki masa istirahat, mereka pun memanfaatkan masa istirahat itu 100%. "Sampai-sampai, ada yang agak ngantuk ya langsung merem (memejamkan mata) sambil duduk dan tidur sebentar." Ujar teman saya. "Begitu jam istirahat selesai, ya sudah, langsung bangun lagi dan melanjutkan rapat." lanjutnya.
Pengalaman lainnya adalah saat kolega saya dan Japanese partner nya ada janjian meeting dengan orang Indonesia. Saya sebenarnya malu setengah mati nih nulis ini. But it's worth it ;). Oke, singkatnya, janjian pukul 10 di salah satu cafe. Seperti yang saya tulis di tweet nomor 1 saya, maka sebelum jam 10 kolega saya dan rekanan dari Jepangnya sudah menunggu di Cafe (which he and the Japanese had a very fun time last night until dawn).
Di satu sisi, seperti yang kita tahu salah satu kebiasaan buruk masyarakat Indonesia adalah adanya jam karet. Rekanan bisnis dari Indonesia terlambat datang. Sekitar pukul 10.10 datanglah tamu yang ditunggu. Bukannya langsung menghampiri kolega saya dan rekanan Jepangnya, rupa-rupanya rekanan bisnis dari Indonesia ini bertemu temannya yang juga ada di Cafe tersebut. jadilah dia "mampir" sebentar sekitar 2-3 menit untuk menyapa temannya tersebut baru kemudian menemui kolega saya dan rekanan dari Jepang itu.
What happened next? Yah, mereka saling tegur sapa. senyum, dan the Japanese-san langsung berdiri, mengungkapkan kekecewaannya dengan kalimat panjang nan tegas "Kita janjian dari jam 10, dan saya sudah menunggu Anda, terlambat 10 menit. Saya lihat Anda datang, tapi Anda malah mengobrol dulu dengan teman Anda. Yah, terima kasih untuk waktunya, sekarang saya mau pulang dulu. Selamat pagi." Senyum. Jabat tangan. pergi. Bye-bye. No Business.
Yup! Benar-benar nggak sampai 5 menit, rencana percakpan bisnis untuk deal proyek itu pun dibatalkan oleh pihak Jepang dan digagalkan oleh pihak Indonesia. Bisa dibilang calon business partner dari Indonesia dan kolega saya yang menemani rekanan Jepang itu pun agak terbengong. Spontan, di perjalanan, kolega saya bertanya, "Nggak apa-apa ditinggal dan nggak jadi bicara proyek? Nggak sayang proyeknya?" Jawabannya simpel "Kami bekerja tidak hanya lihat bisnis, tapi juga manner seseorang. Manner penting untuk bekerja sama."
Begitu rapat memasuki masa istirahat, mereka pun memanfaatkan masa istirahat itu 100%. "Sampai-sampai, ada yang agak ngantuk ya langsung merem (memejamkan mata) sambil duduk dan tidur sebentar." Ujar teman saya. "Begitu jam istirahat selesai, ya sudah, langsung bangun lagi dan melanjutkan rapat." lanjutnya.
Pengalaman lainnya adalah saat kolega saya dan Japanese partner nya ada janjian meeting dengan orang Indonesia. Saya sebenarnya malu setengah mati nih nulis ini. But it's worth it ;). Oke, singkatnya, janjian pukul 10 di salah satu cafe. Seperti yang saya tulis di tweet nomor 1 saya, maka sebelum jam 10 kolega saya dan rekanan dari Jepangnya sudah menunggu di Cafe (which he and the Japanese had a very fun time last night until dawn).
Di satu sisi, seperti yang kita tahu salah satu kebiasaan buruk masyarakat Indonesia adalah adanya jam karet. Rekanan bisnis dari Indonesia terlambat datang. Sekitar pukul 10.10 datanglah tamu yang ditunggu. Bukannya langsung menghampiri kolega saya dan rekanan Jepangnya, rupa-rupanya rekanan bisnis dari Indonesia ini bertemu temannya yang juga ada di Cafe tersebut. jadilah dia "mampir" sebentar sekitar 2-3 menit untuk menyapa temannya tersebut baru kemudian menemui kolega saya dan rekanan dari Jepang itu.
What happened next? Yah, mereka saling tegur sapa. senyum, dan the Japanese-san langsung berdiri, mengungkapkan kekecewaannya dengan kalimat panjang nan tegas "Kita janjian dari jam 10, dan saya sudah menunggu Anda, terlambat 10 menit. Saya lihat Anda datang, tapi Anda malah mengobrol dulu dengan teman Anda. Yah, terima kasih untuk waktunya, sekarang saya mau pulang dulu. Selamat pagi." Senyum. Jabat tangan. pergi. Bye-bye. No Business.
Yup! Benar-benar nggak sampai 5 menit, rencana percakpan bisnis untuk deal proyek itu pun dibatalkan oleh pihak Jepang dan digagalkan oleh pihak Indonesia. Bisa dibilang calon business partner dari Indonesia dan kolega saya yang menemani rekanan Jepang itu pun agak terbengong. Spontan, di perjalanan, kolega saya bertanya, "Nggak apa-apa ditinggal dan nggak jadi bicara proyek? Nggak sayang proyeknya?" Jawabannya simpel "Kami bekerja tidak hanya lihat bisnis, tapi juga manner seseorang. Manner penting untuk bekerja sama."
Yap. Very interesting. :) Hope we can adapt their positive in Discipline and appreciate the time more and more :)
Important: All Photos are Eva Tarida courtesy. Contact me in private if you wanna get the original.
Important: All Photos are Eva Tarida courtesy. Contact me in private if you wanna get the original.