Tuesday, March 27, 2012

Gado-Gado? Asyik ya??

Terjadi lagi. Ya, pengalaman serupa yang saya alami saat SD, SMP, SMA, Kuliah, dan sekarang terjadi lagi di dunia kerja.

Bukan, bukan pengalaman heboh tiada tara sampai harus memilih antara hidup dan mati, kok. Ini hanya pengalaman mengenai dipertanyakannya identitas Ras saya. Ya, Ras. Ras yang masuk dari akronim SARA itu lho. Yang pada saat kuliah dimodifikasi oleh para mahasiswa menjadi SARAIP , yang kalau dijabarkan menjadi; Suku Agama, Ras, dan Antar golongan serta IPK :D Hahahaa....

Sedari SD saya juga sering ditanya "Kamu orang mana?" dan saya jawab "Surabaya". Yang biasanya dilanjutkan lagi "Surabaya asli?" dan saya pun bingung. Semasa SMP saya sempat merasa sedikit 'lain' karena berada di lingkungan yang 99% dari keturunan Cina. Sebenarnya sih sudah sejak TK, tapi kan biasanya baru melek perbedaan saat sudah mulai ABG gitu. Mulai lihat yang ganteng-ganteng, cantik-cantik, manis-manis. Nah, di masa itu pula lah saya mulai 'tertular' menggunakan kata sapaan seperti yang lingkungan saya pakai. Misalnya panggil Kakak Laki-Laki = Koko; Kakak Perempuan = Cece, dst

Saat itu, teman-teman juga penasaran saya ini orang mana? Karena wajah saya yang demikian uniknya, ditambah dengan cara bicara yang demikian, dan juga nama saya yang begitu pula. Haha. Begitu saya jawab kalau saya ini orang Surabaya yang tidak Surabaya, gantian lah mereka yang melontarkan pertanyaan iseng itu jadi bingung. Hehe.. Rasain lu.
Kemudian kalau mereka memaksa bertanya lebih lanjut, dan atau hubungan saya dengan sang penanya cukup baik, maka dengan sabar dan ramah akan saya jelaskan. Rekasi spontan dari mereka setelah saya selesai bertutur kata biasanya "Wuih, campur-campur ya?," atau bisa juga "Astaga.. Gado-gado dong," kadang-kadang juga langsung "asyik ya, bisa campur-campur begitu." Yang biasanya diteruskan dengan pertanyaan "Kok Papa dan Mama kamu bisa ketemu?" dan seterusnya sampai tanya silsilah keluarga. Nggak ding. Nggak ada yang tanya silsilah keluarga kok.

Semasa SMA hal serupa pun cukup sering terjadi, khususnya untuk siswa-siswa baru yang dulu tidak satu SMP dengan saya. By the way, SMP dan SMA saya itu satu kompleks. Jadi biasanya yang SMP di situ ya 90% nerusin ke SMA di sebelahnya. Penjelasan yang saya berikan pun ya muter-muter di situ-situ aja. Ya karena memang begitulah adanya. Masa saya mau ngawur kalau saya ini keturunan ke-200 dari Louis XIV dan hasil persilangan klan Han dengan Kerajaan Monarkhi Inggris? Bisa-bisa saya langsung tidak punya teman.
Saat kuliah pun saya menerima rentetan pertanyaan serupa. Kebanyakan sih dari para Orangtua teman-teman baru saya. haha..

Dan sekali lagi, semasa saya bekerja, beberapa customer yang sebelumnya hanya mengenal saya via telepon pun langsung ada yang bertanya hal serupa saat kami bertemu sungguhan di beberapa event kantor.
Dan seperti biasa, di akhir kalimat penjelasan saya selalu muncul respon serupa seperti "Campur-campur", "gado-gado", dst. Kenapa nama makanan semua pula?

Jadi, intinya saya adalah orang yang asyik karena saya Gado-gado :D Alias campur-aduk. Haha..

The Way You Are (Have)?

"Love You Just The Way You Are". Dalam konteks apa pun. Keluarga, Sahabat, Teman, Kekasih, dll (sebutkan lagi lah, lainnya. Saya belum terpikirkan).

"Aku cinta kamu / suka kamu / sayang kamu/ tertarik padamu karena memang apa adanya dirimu."
"Bukan karena apa yang kau miliki. Tapi aku cinta/sayang/suka/tertarik padamu."

Kalimat-kalimat bohay ini pasti sering lah kita dengar. Kalau jarang dengar di kehidupan nyata (maksudnya belum ada pasangan yang mau nggombalin dengan kalimat syahdu ini :p), ya mentok-mentok di lirik lagu. Yang kadang dimodif entah bagaimana supaya jadi keren seperti Bruno Mars atau Zac Brown Band. Apa lagi? Ya semacam itu lah.

Nah lantas saya berpikir sedikit. Ini lah masalahnya, ada apa-apa diribetkan dengan dimasukkan ke otak sehingga jadinya njelimet. Dan karena sudah njelimet, saya malas menguraikan dan dibagikanlah di sini supaya bisa sama-sama njelimet siapa tau -sukur-sukur- ada yang baca. Haha.

Pikiran saya, apakah benar dua kalimat itu? Lantas, batasnya sejauh mana antara "yang kau miliki" dengan "apa adanya dirimu" itu? Kalau kepribadian, kemampuan, dll itu termasuk "yang kau miliki" atau "apa adanya dirimu"? Lalu, kalau orang yang kita sayangi bulat-bulat karena "apa adanya dirimu" itu membalas kita dengan "yang kau miliki", lantas bagaimana?

Jadi ingat film Casino saja. Saya mau lihat Robert de Niro lagi deh.

Siapa Kentut?

Kalau sudah mengenal seseorang lama atau sangat lama itu pasti ada kalanya kita bisa mengerti tanpa bicara. Istilahnya bahasa rahasia gitu :D
Nah, saya yang lahir di keluarga yang hangat ini juga cukup dekat antar satu anggota dengan lainnya.
Satu kali, kami jalan-jalan kota naik mobil. Inginnya sih naik kereta kuda seperti macam wisata di Jogja dulu. Tapi kalau naik Delman/Dokar di Surabaya sih yah.. Agak bagaimanaa gitu.
Jadilah kami naik mobil. Karena kami sekeluarga total ada 5 personel. Seorang Papa, Seorang Mama, dan Tiga Orang Anak Perempuan yang luar biasa. :D
Saya orangnya punya kebiasaan mengernyitkan hidung. Entah kenapa. Padahal ya nggak ada yang gatal, tapi tetap saja suka. Namanya juga kebiasaan. Mau bagaimana lagi.

Jadi, posisi duduk saat itu adalah Papa yang mengemudi, di sebelah Papa ada adik saya yang paling kecil dengan rambut agak keriting, bermata paling sipit dan kulit paling putih. Untungnya dia tidak semancung saya. jadi saya menang lah di point hidung :). Kemudian di barisan tengah ada Saya - Mama yang kebule-bule'an karena memang campuran Belanda - dan Adik Saya yang kulitnya paling cokelat dan mata paling besar, serta rambut paling hitam. Intinya dia paling terlihat Indonesia. :D

Nah, saat sedang ngobrol-ngobrol seru di mobil, saya melakukan kebiasaan saya mengernyitkan hidung. Lantas tiba-tiba saja Papa berkata "Hmpf.. Siapa kentut??" sambil membuka kaca jendela. Otomatis kami semua langsung melakukan reaksi siapa-kentut-dan-dari-mana-baunya ini. Sambil mencari tahu siapa yang kentut, kami pun (anehnya) mencari sumber bau. Saya langsung menuduh adik saya yang paling muda, "kamu ya, Ke??" yang langsung dengan sigap dia jawab, "bukan, yo. Kak Depik mungkin." Adik saya balas menuduh adik saya lainnya. Tentu saja sanggahan segera keluar, "bukan. Mama mungkin?." Mama saya yang kalem pun langsung angkat bicara, "nggak.. Aku nggak kentut, kok."
Di tengah chaos tadi saya tersadar, "Lho Pa, nggak ada bau-bau gini lho" yang ditimpali adik-adik tercinta saya, "iya. nggak Bau kok. Papa emang nyium bau-bau ta?." Papa saya sang pengendali kendaraan pun langsung mengungkapkan pembelaan "Lha, tadi Papa lihat Eva ngernyitkan hidung itu. Ya Papa kira dia cium bau-bau kentut. Ya langsung Papa buka jendela sambil tanya siapa yang kentut."
Dhuaaaaaaaaaarrrrrrr..
Hahahahhahahahahaaaaaaaaaaaa......

Lumayan, lah. untuk bahan guyonan :)