Monday, November 08, 2010

Pengajaran atau Pengajaran?

Eh, aku hanya tiba-tiba ingat saja pengalaman di semester pertama menempuh bangku kuliah.
Tulisan ini nantinya tidak akan bertendensi ke mana-mana selain refleksi diriku sendiri terhadap lingkungan sekitar. Tidak bermaksud menjelek-jelekkan, namun berbagi hal yang ada gunanya juga -menurutku-
Ada sebuah mata kuliah yang kupikir akan sangat berat. meningat membawa-bawa nama "Filsafat" di dalamnya. Matakuliah Filsafat Agama.
Karena kampusku kampus Kristen, maka, setelah kata 'Agama' akan ada kata 'Kristen' yang mengikuti.
Aku cukup tertarik lantaran dari dulu aku suka sekali membaca buku Mitologi Yunani. Penasaran sekali waktu itu, apa sih yang akan dibuahkan Filsafat ini untukku.

Dosen yang mengajar laki-laki. Masih cukup muda. Sudah menikah. WNI keturunan Tionghoa yang membuat beberapa mahasiswa mengagumi wajahnya yang segar dan babyface. Oh, aku? Maaf, bukan seleraku.
Cara beliau berbicara juga -menurutku- kurang enak didengar. Maksudku, seorang laki-laki dengan suara sengau dan cempreng berceloteh selama 3 SKS bukanlah pilihan utama. Tapi ini wajib, dipilihkan dari Jurusan pula.

Ada cukup banyak hal yang aku serap dari beliau. Sayangnya, menurutku masih kurang. Bukannya jelek, tapi kurang. Sempat beliau menghadirkan tabel 5 agama yang diakui Indonesia dengan berbagai point pembagian untuk penjelasannya. Sayangnya, untuk tabel-tabel agama selain Kristen dan Katolik, aku kurang puas. Menurutku, lebih ke arah aku mendengarkan beliau mendongeng hal-hal yang sudah banyak sekali bisa kita dapatkan dari google.com.
Nothing special.
Aku mulai sedikit menyipitkan mata untuk kelas ini. Namun, beberapa poin tambahan yang kudapat karena berhasil menjawab beberapa pertanyaan -dengan pemahamanku sendiri- cukup menaikkan moodku. Ya, aku menjawab pertanyaan-pertanyaan yang beliau lempar dengan pemahamanku sendiri, dan disetujui. Siapa sih yang nggak senang dengan kondisi seperti itu.
Bisa adu otak, pamer kepintaran, dapat tambahan poin pula.
Sampai di suatu saat ketika kami harus Ujian Tengah Semester. Pertanyaan-pertanyaan yang tertera lebih ke arah soal cerita dengan akhiran  "Apa yang akan kau lakukan...", "Bagaimanakah Anda akan bersikap..." dan sejenisnya. Selang seminggu, hasil UTS pun dibagikan. Lumayan, dapat skor angka yang masuk dalam range nilai A. Yang mulai membuat aku malas, adalah saat beliau mulai membahas UTS tersebut.
Oke..
Beliau pun mulai bertutur dan menyebutkan pendapatnya untuk UTS barusan. Cukup memuaskan. Namun, sayang ada beberapa yang salah menurutnya. Di sini aku bingung. Salah? Apa yang salah dari Ujian seperti itu?
Rupanya, untuk pertanyaan-pertanyaan "Apa yang akan kau lakukan...", "Bagaimanakah Anda akan bersikap..." dan sejenisnya itu beliau sudah memiliki jawaban idealnya sendiri. Mahasiswa yang menjawab sesuai dengan jawaban idealnya itulah yang mendapat poin penuh di tiap nomor. Spontan aku tertawa dalam hati. "Wah, parah," gumamku. Apa bedanya dong soal ini dengan pelajaran PPKn zaman SD?
"Apa yang akan kau lakukan bila melihat dua orang temanmu berkelahi?"
A. Diam Saja                        B. Melerai
C. Lari                                  D. Ikut berkelahi
Secara PPKn saat SD, kalau kita tidak memilih opsi B, jangan harap jawaban kita dibenarkan.
Salah seorang ponakan, waktu kelas 1 SD mendapatkan soal yang serupa. Serunya, dia menjawab A. Waktu ibu gurunya bertanya "Kenapa kamu jawab A, seharusnya kan B," dengan polos ponakanku menjawab, "Nggak ah, Bu. Kalau melerai pasti saya ikut dipukul. Mendingan diam saja."

Rupanya UTS kelas Filsafatku ini masih selevel dengan PPKn kelas 1 SD.
Tak berhenti sampai di situ, kami pun ada Ujian lagi. Mengenai pembahasan kuliah yang sudah-sudah. Mengenai agama-agama dan perkembangannya serta beberapa contoh kasus.
Seperti biasa, beliau menelurkan soal-soal yang serupa, ditambah soal teoritis mengenai agama-agama.
Aku cukup puas dengan hasil ujian kali ini. Namun, sekali lagi aku tertawa dalam hati saat beliau membahas hasil ujiannya dan mengatakan yang jawabannya paling benar dan sempurna adalah milik teman sekelas kami, si A. Oke, kami semua kagum padanya. Tapi kekaguman itu berhenti sampai di situ hingga Dosen kami membacakan hasil jawaban teman si A ini dalam lembar jawabannya.
Dari 5 soal yang dilontarkan, hasil jawaban si A adalah semua celotehan Bapak Dosen. Tidak kurang, tidak lebih. Sampai pemenggalan kalimatnya (oke, aku berlebihan), bahkan contoh-contohnya.
Sontak, kami sekelas berdengung seperti lebah. Dengungannya rata-rata serupa "Gila, mirip bener sama ceramahnya Pak Dosen" "Wih, yang bener aja. Berarti jawaban yang bener ya harus copy-paste dari Dosennya dong" dan sejenisnya.

Makinlah aku memandang sebelah mata kelas ini, dan sang Dosen.
Sampailah kami di akhir-akhir semester. Beliau mengajak kami berlatih saling mengutarakan pendapat. Istilah kerennya, Debat.
Pak Dosen memanggil 1-2 orang dari kami, dan memposisikan mereka sebagai umat Kristiani. Sementara dia sendiri sebagai orang Atheis. Sampai sekarang aku belum tahu beliau benar-benar tahu nggak sih orang Atheis itu seperti apa. Oke, lah.
Singkat cerita, beliau memberikan satu wacana yang akan didebatkan antara 2 orang umat Kristiani (teman-teman kami) melawan 1 orang Atheis (dirinya). Caranya cukup baik dengan meminta kami memanfaatkan seluruh pelajaran yang sudah pernah ia berikan. Bisa sekalian refresh otak lagi selama satu semester ini.
Sampai di satu bagian, teman kami yang rupanya cukup pandai berkata-kata, membuat Pak Dosen agak gelagapan. Langsung meluncur "debat pembelaan" dari mulut Beliau "Ya itu kan menurut Anda, menurut saya tidak, tuh!" spontan teman kami tidak bisa bicara lagi, dan beliau "memenangkan debat pagi hari itu"

Aku hanya bisa menghembuskan nafas. Parah. Kalau keluarnya statement seperti itu, buat apa ada saling mengutarakan pendapat! Dari awal, berdebat ya memang begitu kan dasarnya. Menurutmu dan menurutku.
Kalau begini, sampai sekarang aku masih tidak paham bagaimana Filsafat itu. Apalagi Filsafat Agama. Apalagi Filsafat Agama Kristen.

1 comment:

  1. "Apa yang akan kau lakukan bila melihat dua orang temanmu berkelahi?"

    jawabanku seh aq foto lalu aq upload di plixi.hehe... :-P

    ReplyDelete

Thank you for dropping your thoughts here!