Post ini agak terlambat saya tulis. Maklum, lah ada beberapa hal yang harus dikerjakan. Jadi, saya tiba-tiba saja teringat keberadaan renungan ini.
Alkisah, ciee..., Haha.. Seperti biasa, Hari Minggu pagi saya ke Gereja. di GKI Pondok Tjandra Indah, atau biasa disebut GKI Po-Can. Saya jujur saja sedikit ngantuk, karena semalam pulang sudah lewat hari, alias sudah subuh. Maklum, masih muda suka nongkrong bareng teman-teman. Oh, tidak, saya tidak Clubbing. Nggak suka soalnya. Cuma pernah clubbing saat ada event, itu aja. Itu pun event aman seperti ultah yang ke-17 (sweet seventeen) yang biasanya ada Disco Timenya tuh., perayaan anniversary suatu company, gitu. Ngga pernah bener-bener clubbing in purpose :). Hanya aja, kalau nongkrong, kami bisa ngendon di McD sampai 5jam :D Hahahaa... Oke deh.
Jadi, di tengah kantuk saya, Pak Pendeta hari itu pun bukan tipikal yang punya suara menggelegar atau suka membubuhi kotbahnya dengan guyonan. Alahasil, makin ngantuklah saya. Sampai ada satu ketika Beliau mulai bicara dengan cara sedikit pengungkapan. Saya adalah orang yang cenderung suka dengan sesuatu yang be-rima, sesuatu yang seperti sajak, syair, quotes, dan sebagainya. Mulailah saya menegakkan punggung dan mengumpulkan fokus dan konsentrasi saya.
Sangat menarik isi pengungkapan yang digunakan oleh Pak Pendeta Leonard Andrew ini. Supaya tidak hanya saya saja yang terberkati, mungkin teman-teman yang kebetulan mampir bisa membaca sebentar bagian dari kotbah beliau yang saya sukai ini. Tidak agamis, kok. Karena menurut saya, apa yang diungkapkan oleh Pdt. Leonard sangat realistis, dan bisa diaplikasikan oleh siapa saja :).
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Terluput Dari Badai (Pdt. Leonard Andrew Immanuel dari GKI Sidoarjo - GKI PTI - 24 Juni 2012)
|
image source: click HERE |
Ada yang aneh dengan dunia ini. Semakin banyak alat yg diciptakan untuk membantu
kita di dunia ini, mengapa hidup kita dan dunia ini makin rumit? Kenapa pulang
kerja makin larut?.
Kenapa makin kita menyatukan teknologi dengan alam,
mengapa makin kita tidak dapat terlepas dari teknologi?.
Tapi toh kita
tetap percaya dengan segala sistem yang ada di dunia ini, termasuk sistem
pendidikan kita.