Friday, April 29, 2016

Feeling that Feels Like Love

"People are strange when you are a stranger"
sepenggal lirik dari The Doors ini mirip dengan peribahasa yang sudah lama malang melintang di jagad Indonesia ini; Tak kenal Maka Tak Sayang. Begitulah kurang lebih menurut saya. Begitu, bukan? :D

Adalah wajar kalau kita merasa aneh atau awkward dengan seorang stranger, atau orang yang baru kita temui. Ya sudah pastilah.. Lha namanya aja baru tahu tadi. Belum tentu juga tahu usianya. Mau tanya takut disangka ngga sopan. tapi kalau ngga tanya, nanti guyonannya ngga nyambung gimana, berabe kan? Mau becanda ala biasanya, takut nanti orangnya sayensitip jadi tersinggung. Atau jangan-jangan orangnya super lemot, jadi ngomong apa aja doi cuma plonga-plongo ngga ngerti kita lagi obrolin apa.

Haha..

Pikiran-pikiran seperti itu pasti bisa muncul saat kita pertama kali ketemu atau dikenalin ke orang baru.
Seiring berjalannya waktu tentu kita akan makin tahu dan mengenal seseorang. Entah nantinya kita akan kenal baiiiikkk banget atau ya sekedar tahu kalau orang ini agak sensi kalau ngomongin umur, atau tentang "kapan kewooonggg?" gitu.


Itu tadi ngga hanya di relasi bisa lho ya. Perihal pacaran pun gitu, Nah lho. Teteup.. Nyambung ke cinta-cintaan kan. Haha.. Maklum lagi Zomblo nih, jadi urusan cinta-cintaan jadi asyik buat dibahas.
Intinya, saat kita menjalani hubungan pacaran, mau tidak mau kita juga menjalani proses yang namanya saling mengenal dan mengetahui seluk beluk masing-masing.
Karena banyak yang bilang kalau masa-masa pacaran itu masa saling mengenal satu sama lain, masa memahami perbedaan laki-laki dan perempuan, masa kita memutuskan kita mau deal with it atau ngga, masa mencari kecocokan. Kalau ngga cocok? Ya pilihannya 2, mencoba mencocok-cocokkan hal yang tidak cocok itu dengan terus berjalan seiring waktu, atau menyudahi hubungan dan move on. 

Dari kalimat di atas barusan, saya mau nulis lebih lanjut terhadap poin pertama dan akan saya sangkut-pautkan dengan pengalaman yang baru saya alami. Ehm. Narsis sikiit disambung-sambungin sama pengalaman sendiri. Ngga apa-apa lagi.. saya barusan ikut training, dan ternyata salah satu opening yang strong adalah dengan menggunakan cerita berdasarkan pengalaman! HAHAHAHA!

Okay! Saat kita punya kesadaran penuh dan kendali terhadap diri sendiri untuk menyudahi sesuatu yang tidak cocok yang tidak bisa disinkronisasikan dan mengganggu kita, itu bagus and right on track!. Namun, masalahnya adalah bagaimana kalau segala kesadaran dan kendali itu menjadi "lemah" karena diselubungi oleh beberapa faktor. Cinta? Ya, mungkin. Tapi saya lebih berbicara mengenai sebuah pandangan atau pemikiran. Pandangan atau pemikiran yang ternyata, setelah saya alami sendiri, ternyata juga secara tidak sadar (atau sadar, saya ngga tahu) dialami oleh banyak orang. Nggak cuma 1, tapi ada 4 pandangan/pemikiran yang saya berhasil simpulkan setelah ngobrol, dengerin curhatan, curhat sendiri juga, baca-baca, nonton film, makan, renang, camping, mantai, de el el. HEUHEUEHU.

Anyway, saya pakai kata pandangan/pemikiran terus-menerus simply karena saya belum bisa memutuskan bahwa 4 hal yang akan saya jabarkan ini sebuah pandangan atau pemikiran. Hehe.. Boleh bantu saya yaaa nanti ;) Dibantu dibantu tolong dibantu yaa.. jadi apaa prok prok prok!!

PEOPLE CHANGES. Saya taruh sebagai pandangan/pemikiran yang pertama. Ini adalah hal yang tingkat positif dan optimisnya sangat tinggi. Atau malah pesismis? Bergantung pada konteks dipakainya sih. Saya sendiri adalah orang yang sedari dulu mengamini PEOPLE CHANGES ini. Buat saya, semua orang itu pasti akan berubah di suatu waktu. Akan ada satu snap moment yang akan memaksa seseorang untuk berubah. Kenapa memaksa? Ya, karena menurut saya, snap moment ini akan menjembrengkan semua realita dan membuat kita untuk sadar akan realita itu dan kemudian mulai berpikir untuk mengambil langkah selanjutnya untuk tetap dapat ber'evolusi' atau untuk dapat bertahan hidup in daily life.

Tapi, itu dulu. Sebelum saya menjalani sebuah hal yang sangat pahit beberapa bulan lalu. Seperti yang sudah saya bahas di post saya yang lalu, kalau mungkin ada beberapa orang yang memang tidak ditakdirkan untuk berubah. Mungkin memang begitulah diri mereka apa adanya. Dan kita yang harus memutuskan untuk mau menerima itu atau tidak. Karena sebuah karakter untuk orang yang sudah berusia almost 30 tentunya sudah dibangun sejak kanak-kanak. Dan memang semua lingkungan tempat dia berinteraksi sehari-hari sangat berpengaruh.

Saya adalah orang yang sebenarnya tidak setuju kalau orang tua atau keluarga dibawa-bawa dalam hal ini apalagi kalau sang anak sudah berusia 25 tahun atau bahkan over the 30s. Mengapa? Ya karena masa-masa labil pubertas itu sudah lewat. Dan seharusnya sang anak sudah menjadi manusia dewasa yang bisa menentukan mau dibawa ke mana hidupnya ini? Besok mau bangun jam 5 untuk lari pagi atau tidak? Mau berangkat naik mobil atau motor? dan seterusnya dan seterusnya beserta tiap konsekuensinya.
Tapi ternyata sekali lagi, saya dihajar dengan kalimat "Pengalaman adalah guru yang Paling Berharga" Yap! Saya sebagai seorang yang cukup senang memegang nilai kehidupan yang humanis seperti itu rupanya belum punya pengalaman cukup, Until I learned it the hard and harsh way. Bahwa semua itu berkaitan, berhubungan, dan saling berpengaruh. It takes two to tango!


WE GET USED TO IT. Lama-lama juga terbiasa. Ini sih lebih berbahaya lagi dibandingkan pandangan/pemikiran super optimis/pesimis pertama tadi. Why? Let me explain it to you with a story.
Cieh.. keminggris. BIAR!

Alkisah.. Si A dan si B sudah berpacaran hampir setahun. Di bulan ke 8 masa pacaran mereka, si B mulai nakal. Entah karena bosan, atau darah petualang di dalam diri si B yang masih belum bisa dibendung karena adrenaline rush yang masih sangat tinggi untuk seorang pria berusia 18 tahun. B mulai dekat dengan C, seorang perempuan yang ia kenal dari kepanitiaan kampus. C adalah perempuan yang menarik dan juga lucu. Sebenarnya secara karakter miriplah dengan si A. Akhirnya setelah beberapa saat, A menyadari keanehan ini. Iseng, ia mencoba mencaritahu, dan ternyata A menemukan B yang aasyik berduaan dengan C, dan bahkan setelah konfrontasi singkat, A menemukan banyak SMS-SMS B dan C yang flirty. Tentu saja A marah dan kecewa. Ia minta putus. Di luar dugaan, B ternyata menerima keputusan untuk putus itu dengan sangat berat hati. Ia mencoba berbagai cara untuk kembali pada A. Bahkan dia pun berusngguh-sungguh memutuskan kontak dengan C. Si A yang luluh dengan kegigihan si B pun menerimanya kembali. The End. Eeeeehhh.., belum! Rupanya kejadian ini terjadi berkali-kali. B tidak hanya menguji adrenalinnya dengan si C, namun seiring berjalannya waktu, ada pula si D, si E, si F, si G, sampai si K. Nah lo urutin noh tu alfabet, ada berapa coba? Pertanyaannya, apakah si A masih mendampingi si B. Sayangnya, jawabannya adalah IYA.. WHY?

Terbiasa. ini adalah hal yang nampak biasa tapi efeknya luar biasa! Setiap kali B menemukan 'tambatan baru' yang entah for short fling atau bagaimana, dan kemudian A marah dan minta putus, B akan mengeluarkan segala macam cara untuk kembali ke pelukan A. Salah satunya adalah dengan memaparkan fakta kalau "Semua perempuan-permepuan itu, sebenarnya mirip dengan kamu. Entah bagaimana walaupun aku coba untuk lupain kamu dan cari cewek lain, tapi pasti yang aku suka juga semuanya mirip kamu. Aku memang cintanya cuma sama kamu, A" TADAAAA!!
Men fall with their eyes, Women fall with their ears. TERBUKTI!

Lama kelamaan, A menjadi terbiasa dengan pola ini. Akan terbentuk sebua pandangan/pemikiran dalam hatinya (walaupun otaknya sudah memperingatkan berkali-kali), kalau B hanya main-main saja, dan B sebenarnya cinta mati sama dia sampai-sampai mau sleingkuh pun jatuhnya ya dapat yang seperti A lagi, A lagi. Ini GAWAT!
Kaya cerita sinetron? Ngga masuk akal? Mana ada orang sebego itu? Waoohh.. jangan salah.. Makin dewasa (berumur-ehm), saya makin banyak mendengar kisah percintaan atau non percintaan yang membuat saya berpikir "sebenarnya sineton itu berarti bener-bener ada ya kenyataannya. Ngga cuma lebay-lebay an aja." So be careful. ada baiknya kita punya teman curhat yang masih sadar dan masih lurus, sehingga walaupun semasa curhat akan berasa mengganggu, tapi dia akan memberi masukan atau tanggapan dari sisi 'seharusnya'. Which I blissfully lucky to have one best friend that always do that to me. Slap me right on my face to wake me up! :)

Menyambung dari pandangan/pemikiran pertama mengenai people changes, poin ketiga ini membuat kita sadar. Saya sih khususnya. Maaf pakai kata 'kita', belum tentu anda, pembaca budiman juga setuju kan ya? Heuheu. Okeh, Jadi ini membuat saya sadar kalau ada orang-orang yang memang mungkin tidak akan berubah, dan kita tidak perlu merasa, kalau kita itu bisa mengubah seseorang.
Agak susah merumuskan kata-kata yang pas untuk jadi poin ketiga, jadi saya buat begini saja: WE'RE NOT GOD. Dalam artian, karena kita bukan Tuhan, jangan sok merasa kita punya kehebatan seluar biasa itu untuk bisa mengubah seseorang.

Keep in mind, seseorang itu akan berubah bukan karena ada kita yang membuat mereka berubah, tapi mereka berubah karena mereka sadar dan akhirnya memutuskan untuk "ah gua berubah aah" That's it. Mungkin ada yang tidak setuju ya. Ngga masalah. Pandangan/pemikiran ini juga baru saya simpulkan setelah mengalami sendiri. Sebagaimana jauh kita akan pergi untuk seseorang, sebagaimana kita mau terbang ke ujung dunia untuk seseorang, kalau mereka tidak berpikir untuk berubah, ya ngga akan mereka berubah. Memang benar, faktor eksternal bisa jadi beberapa poin penunjang yang akan membantu memutar switching point tersebut, tapi tetap keputusan untuk berubah itu harus dari pribadi masing-masing.
Sorry for my skeptical mind.

Sama seperti judul postingan ini FEELING THAT FEELS LIKE LOVE. Agak susah untuk menjabarkan ini dalam tulisan, karena kalau udah ngobrolin ini, biasanya saya mencoba jelaskan secara lisan. But, lemme try.
Apa sih yang membuat kita mengubah kata naksir menjadi suka menjadi cinta? Ngga tahu? Sama, saya juga. Bergantung dari masing-masing manusia lah. Ok, lagi nih. Apakah bedanya cinta dengan keinginan? Bedanya kamu cinta dia dengan kamu butuh dia? Kamu cinta dia dengan kamu sudah sangat terbiasa dengan dia? Nah, makin ke sini (makin tua maksudnya), ada banyak hal yang sebenarnya terasa seperti cinta. Namun, masalahnya apa sih cinta itu? What is love? Baby don't hurt me don't hurt me no more! Hehe.. Ampuunn.. Iya saya maniak 9gag. Hehe..

Kalau menurut Wikipedia (sources paripurna semua pelajar dan mahasiswa), Love is a variety of different feelings, states, and attitudes that ranges from interpersonal affection to pleasure. It can refer to an emotion of a strong attraction and personal attachment. Hmm... Susah juga ya. karena cinta itu sendiri susah untuk dijabarkan, karena dia itu lebih bermakna saat dirasakan. Ceileh.
Kadang, banyak hal-hal seperti perasaan nyaman, perasaan membutuhkan dan dibutuhkan, perasaan sudah terbiasa, dan perasaan-perasaan lain yang bisa terdisguise menjadi cinta.
Lantas bagaimana kita bisa tahu kalau itu memang cinta? Sekali lagi, saya tidak tahu.
Tapi, satu hal penuh makna yang saya dapatkan "Kalau dia orang yang tepat untukmu, bukan sekedar debaran yang kau rasakan, melainkan juga damai sejahtera."

Mungkin quote terakhir dari ex-VP saya ini bisa jadi sebuah tolok ukur untuk mengiyakan perasaan hangat yang ada di dada ini cinta atau bukan. Or is it just a feeling that feels like love?.

***

@Evatarida
Evatarida
Evataridasitompul



2 comments:

Thank you for dropping your thoughts here!