1.
"Hoaaahhhhmmmmmm..." Mulut kubuka lebar-lebar tanpa peduli siapapun yang lewat. Anak baru ini. Paling juga sama-sama nggak kenal. Efek datang kepagian nih. Maklum, Mahasiswa baru, hari pertama kuliah pula. Mau kasih kesan super oke dong ke dosen :)
Nah, ini dia ruangannya. Aku sampai di ruangan kelas dengan kode ruangan yang sesuai di lembar KARTU RENCANA STUDI. Judulnya sih "Kartu" tapi cuma kertas selembar print-printan gitu.
Kelas masih sepi. Banget. Nggak ada siapa-siapa. Masuk aja deh, pilih tempat agak yahud.
Cetak cetik cetuk, klik, trek... Jari-jemariku asyik memainkan handphone. Apalagi coba yang mau aku lakukan di ruangan kelas beberapa meter persegi yang dinginnya nggak karuan. Nggak berlebihan lho. Bayangkan saja, badan masih segar dan dingin efek mandi + keramas, eeh masuk ke ruangan yang nggak terlalu besar dengan 2 AC 1 peka yang nyala tak tanggung-tanggung kencangnya. Oh ya, aku lupa bilang, ini jam 7.15 WIB. Pagi hari. Oke? Sudah terasa belum dinginnya? Cobain aja deh.
Sambil kepala kurebahkan ke meja, jari-jariku masih aktif memainkan handphone.
Suara-suara mulai bermunculan. Sepertinya sudah ada yang bakalan masuk ke ruangan ini dan mengurangi dinginnya hawa kelas.
satu.. dua.. tiga.. empat.. perempuan semua. Nggak ada yang kukenal. Well, sudah pernah lihat sih waktu OSPEK, dan sempat bertegur sapa karena kami kan satu jurusan. Jurusan yang terkenal ramah lagi mulutnya. hahahahhaaaa....! :) Tetap ssaja, mereka bukan teman satu sekolahku. Tapi itu sama sekali bukan halangan untukku.
"Hai," aku mulai membuka percakapan. "Hey juga," sapa seorang gadis berkulit putih, bermata sipit, dengan rambut lurus tergerai sampai pinggang. Kalau kalian membayangkan deskripsi ini yahud banget, datang deh ke kampusku! Sepanjang mata memandang yah seperti ini nih sosok perempuan-perempuan di kampusku kebanyakan. Senyumnya ramah. "Dari kelompok mana OSPEKnya? Aku Stefanus," lanjutku. "Oh, Stefanus. Aku Kornelius." "Wah," sahutku "Kornelius berarti sama Ica, dong?" Ica, salah satu teman akrabku sejak kecil. Kami selalu berada di institusi yang sama. Sejak TK sampai Kuliah. Bahkan, di kampus ini, Jurusan kami sama, dan NRP kami berurutan. "Oh iya. Ica, Marissa kan yah? Yang waktu itu jarinya diperban?" Jawabnya. Aku hanya mengangguk. Haha, emang jari kelingking yang diperban itu pasti paling diingat orang. Pasalnya, beberapa waktu sebelum OSPEK, ada musibah dengan jarinya si Ica temanku itu (namanya Marissa, panggilannya Ica).
Mulai ramai, dan Ica pun datang. "Oy, Ve.. Sorry sorry, tadi masih ada urusan," ucapnya langsung begitu datang sambil menaruh pantat dan barang-barangnya di bangku sebelahku. "Yuk, gapapa. Tadi juga lagi ngobrol sama temanmu satu kelompok tuh," ucapku sambil menunjuk salah seorang teman yang kumaksud.
Kelas mulai ramai. Hampir penuh lebih tepatnya. Ehm.. sejauh mata memandang, kelas ini dominasi 95% perempuan lho. WOW. Panen raya nih para pria! haha...
Ups, datang tuh teman satu kelompokku. "Woy, Ndra!," kusapa dia. "Hwey, Ve.. sek-sek (Sebentar-sebentar)," diucapkan sambil sedikit membungkuk dan langkah cepat. Maklum, si Indra ini datang belakangan. Tapi, percuma deh, mau membungkuk kaya gimana juga pasti kelihatan. Lha tingginya aja 180 cm lebih!.
Seorang dosen pria masih relatif muda, usianya mungkin akhir 20 atau awal 30 deh prekdisiku memasuki lapangan upacara. eh, kelas. "Pagi Teman-Teman!" ucap sang dosen dengan suara yang renyah dan mantap pun membahana. "Pagi, Pak!!" Kompak kami sekelas menjawab sapaannya. "Perkenalkan," masih dengan suara renyah, mantap, dan membahana tadi. Tanpa microphone tentunya. "Nama saya Hari Prayudhi. Saya akan mengajar Pengantar Ilmu Komunikasi untuk kalian. Berhubung ini pertemuan pertama, dan kalian mahasiswa baru. Ada beberapa aturan main yang akan kita bicarakan. Oke?" Tampaknya dosen ini cukup asyik dan nggak egois.
Kelas cukup riuh utnuk membahas peraturan-peraturan kelas yang memang bisa fleksibel bergantung pada otoritas masing-masing dosen pengajar. Asyik juga.
Setelah beberapa aturan main dibuat, pelajaran pertama pun dimulai. "Oke," buka pak Hari. "Awalnya, nggak akan berat-berat. Coba ambil satu lembar kertas," kami pun langsung kompak mengambil kertas dari map, menyobek dari buku, minta teman, dan lain-lain. "Tuliskan nama dan NRP kalian di pojok kanan atas. Jangan lupa tanggal hari ini juga. Kemudian, paparkan, Mengapa kita perlu belajar Komunikasi?. Saya beri waktu 15 menit." Wow, beberapa detik awal kami disibukkan dengan meng-Copy-Paste NRP kami dari buku catatan ke lembaran kertas tersebut. Maklum, anak baru, pertama kali kuliah, NRP 7 digit gitu belum hafal luar kepala.
.....
hoaaaaa!!! aku ya pengen bikin flashback gini!!!
ReplyDeletejadi sambungannya ceritanya mana? :-)
ReplyDelete@ ARIAL : ayoo.. buat sanaaa.. heheheeee..
ReplyDelete@Jacobian: nant, menyusul begitu ada wktu.
Saya bunga, bukan nama sebenarnya..
ReplyDeletehahaha..
pasti tau kan?
saya adalah salah satu tokoh dalam cerita fiksi eva...
Siapakah saya..
Baca Dong cerita Eva sampai buyar...!!!!
Keren VA!!! ailaikit!
Hmm.. Bunga?... Dari cara nulisnya kayaknya aku ngerti deh.. haha
ReplyDelete