Sedang melamun saja, tiba-tiba aku teringat suatu cerita yang menggelikan, namun menjadi pelajaran.
Pernah mendengar istilah "Para pelaku mengenal korbannya dengan baik"?
Hal ini tidak berarti pelaku adalah orang yang dekat dengan korbannya, atau bahkan kerabatnya. Namun, para pelaku tersebut dapat mengenali 'korban'nya dengan baik. Kasus ini bukan terjadi padaku, tapi aku cukup mengikutinya.
Jadi begini...
Seorang rekan suatu kali pernah mendapatkan pesan pribadi via salah satu jejaring sosial. Dalam pesan tersebut disebutkan bahwa pengirim pesan tertarik dengan paras rekanku yang menurutnya cantik dan menarik hati.Ia pun memuai dengan mengajukan tawaran klise "dapatkah kita menjadi teman baik?" yang dilanjutkan dengan pertanyaan-pertanyaan klasik ala chatting MIRC zaman dulu.
Secara normal sih, di umur yang cukup matang, seharusnya rekanku ini nggak akan termakan tipuan kuno begini. Tapi, apa yang terjadi? Malahan dia nampak senang dan berbunga-bunga dengan kalimat-kalimat manis yang keluar dari pengirim pesan terebut.
Tak pakai pikir panjang, aku pun bilang "Hati-hati lho, Mbak," namun, ada jurus pamungkas dari rekanku, "Lho, tapi beneran kok. Fotonya asli-asli semua, bahkan yang di list kerabatnya juga ada semua. Dia dulunya tentara." Nah lho, berhubung aku juga nggak lihat langsung, aku pun nggak banyak komentar.
Esoknya, kupikir sudah selesai deh masalah beginian aja. Eh, rupanya tebakanku salah kali ini. Pagi-pagi rekanku angsung minta tolong aku mengartikan pesan dari pengirim pesan yang sama itu. Lah.. masih lanjut to rupanya. Ohya, si pengirim pesan itu ngakunya sih orang Amerika campuran Spanyol gitu. Oke deh.. Aku pun membaca ketikan huruf yang berjajar rapi di kertas yang dibawa rekanku tadi. Oh my, this crazy stranger stated that he wants to marry my friend! Gee!! Could you imagine it?
Langsung deh aku bilang "haduh, mbak, ini nggombal ga jelas. Udah ga usah ditanggapin lagi. Biarin aja. Hati-hati lho nanti ada apa-apa.." Yang langsung ditanggapi dengan sedikit kebingungan oleh rekanku tadi, "Lho, iya. Trus ini gimana? Kubales gimana?" agak geli juga sih aku denger rekanku yang satu ini. "Ya sudah, Mba, gini aja, bilang aja kalau nggak bisa lebih dari sekadar teman. Soalnya Mba udah nikah. Gitu aja. Mendingan tapi jangan kontak apa-apa lagi deh..." Sahutku yang waktu itu langsung dapat persetujuan darinya."Soalnya, aku seumur hidup nggak pernah dapet surat cinta yang romantis ini lho. Seneng aja gitu..." Jelasnya. Wah.. repot deh kalo udah gini.
Selang waktu dua hari, aku sudah nggak dengar lagi rekanku ngomongin tentang itu. Tiba-tiba, waktu makan siang, rekanku tanya lagi arti dari beberapa kalimat dalam bahasa Inggris. Selesai kuartikan, mendadak curiga nih. "Lho, ini yang kapan hari?" dia cuma mengangguk sambil senyum-senyum. "Lho.. masih lanjut, to? Wes.. hati-hati aja yah, Mba.."
Belajar dari pengalaman rekanku ini, yang kayaknya masih berlanjut, aku cuma bisa lebih waspada saja, dan lebih logis lagi, deh.
Kayaknya, si pengirim pesan, apapun motifnya, sudah 'mengenal' rekanku ini entah bagaimana caranya. Dia bisa mengerti bagaimana membawa rekanku ke awang-awang dan melanjutkan kontak nggak jelas ini.
Nggak heran deh banyak yang tertipu via dunia maya. Dulu kupikir-pikir kok ya bisa ya ketipu dengan mudah gitu. Nggak kenal sama sekali, eeh bisaaa aja dibawa lari. Tapi sekarang sudah ada yang mulai "terbawa" nih di dekatku..
Hati-hati, karena sang pelaku sudah mengerti bagaimana menggiring Anda!
sebenarnya utk masalah beginian kamu jangan terlalu berprasangka buruk.you should always remember the benefit of the doubt.if your friend enjoy it then I guess there's no problem whatsoever. :-)
ReplyDelete