Lantas Bagaimana? - Created By: eva tarida |
Waktu masih konyol dulu - yang sekarang ini jelas sudah banyak hilang, menurutku - :) Aku doyan banget main tebak-tebakan. Dan hebatnya, aku berhasil melemparkan banyak soal yang sukar dijawab.
Kadang terpikir juga, ini asli pertanyaanku yang mantap, atau para penikmat soal tebakanku yang kurang bergaul di dunia tebak-tebakan ya? hahahaaa...
Ga Penting.
Oke.
Sempat ada satu ketika tebakan ini aku ajukan di sekelompok orang, yang rupanya aku ingat ada beberapa orang yang sudah pernah menerima tebakan ini dariku. Spontan aku beri peraturan lisan "Yang sudah tahu diam! Jangan ikutan jawab! Yang nggak ngerti, berarti bego deehhh" - sambil haha hihi tentunya -
Sepintas nggak ada yang salah, dong dengan peraturan lisan nan otoriterku itu. Dan dengan sukses aku mengibuli beberapa orang lagi dengan tebakan-tebakan kerenku.
Riuh tawa memenuhi kelompok kecil itu begitu kuungkap jawabannya. Beberapa teman yang sudah pernah jadi korban tebakan itu pun ikut tertawa keras dan malah ada yang berbagi pengalaman saat jadi korban.
Menarik, Kan?
Setelah itu ada yang sedikit mengganggu pikiranku. Lha, kalau peraturan tegas nan otoriter itu berbunyi demikian : "Yang sudah tahu diam! Jangan ikutan jawab! Yang nggak ngerti, berarti bego deehhh" Lantas, harus berbuat apa? Harus bagaimana?
Bayangkan.. Kalau seandainya kita emang nggak tahu, terus kita diam saja, nggak ikutan menjawab, bisa kan kita claim diri kita "Aku tahu kok. Cuma tadi diam aja. Pingin tahu kamu (korbannya) bisa jawab atau nggak" Nah, kalau misalnya kita di posisi yang tahu, lantas nggak bisa nyeplos gara-gara aturan itu, maka tidak ada yang salah kalau orang-orang pada berpikir "Wah, nih anak bego juga rupanya. Kaya gini aja ngga ngerti. Diem aja bisanya" Nah lho..
Yaah.. Ini cuma sekadar senang-senang berpikir dan mengajak yang lain ikutan mikir-mikir nganggur gini sih.
Cuma, kalau seandainya - seandainya - ada yang menetapkan aturan tegas nan otoriter tersebut di suatu kondisi yang dilematis... Lantas Harus Bagaimana?