Dalam kehidupan, manusia adalah makhluk social, zoon politicon istilah lainnya. Dengan jelas, semasa kita masih Sekolah Dasar dulu, ditekankan bahwa manusia tidak dapat hidup tanpa orang lain. Sederhana saja, mau makan, kita butuh bahan makanan. Beli di mana? Di pasar, atau supermarket, yang tentu saja sudah ada orang lain yang menyediakannya. Tinggal melakukan transaksi jual-beli di sana. Jual beli? Bagaimana kalau idak ada yang berjualan? Tentu kita akan kesusahan unuk mendapatkan bahan makanan. Mungkin kita putuskan untuk beli makanan jadi atau ke restoran. Kembali lagi, makanan jadi dan restoran itu sudah disediakan oleh orang lain. Kita tinggal memanfaatkan jasa dan barang yang mereka tawarkan. Demikian pula sebaliknya, para penjual tesebut juga membutuhkan pembeli seperti kita untuk mendapatkan hasil dari usaha mereka. Karena begitu pentingnya sesama dalam kehidupan kita, penting sekali untuk berbagi dengan sesama.
Sharing. (Photo Doc. Eva Tarida) |
How To Share
Ani (5 tahun) sedang bermain di dengan rumahnya dengan beberapa orang teman sambil membawa sebungkus biscuit favoritnya. Sambil terus bermain dan menikmati biskuitnya, tiba-tiba, Dina, teman Ani meminta biscuit pada Ani. Ani melirik sejenak ke dalam bungkusannya, dan ternyata hanya sisa satu buah biscuit di dalamnya. Lantas, apa yang sebaiknya dilakukan oleh Ani? Ani masih anak-anak, dan kadangkala rasa memiliki dan egoisnya sangat besar. Agak susah mungkin untuk berbagi, apalagi bila hanya ada satu dalam genggaman. Pikiran sederhana, bahwa saat kita membagikan sesuatu, maka yang kita miliki akan berkurang. Padahal tidak selalu seperti itu. Misalnya saja, saat itu Ani memberikan satu buah biscuit itu pada Dina, bukan tidak mungkin di kemudian hari Dina membalas dengan memberika biscuit pula atau malah lebih. Bisa juga, orangtua Ani yang mengetahui kebesaran hati anaknya akan memberi apresiasi dengan cara memuji, atau memberi biscuit lain pada Ani. Dalam hal ini, pujian, rasa terima kasih, dan balasan berupa benda adalah ‘tambahan’ yang berharga.
Berbagi berarti kita tidak memiliki itu sendiri. Sesuatu ini memang punya saya, tapi kalau ada orang lain yang membutuhkan, saya siap untuk berbagi, dengan cara meminjamkan, membaginya, atau bahkan memberikannya.
Dalam konsep berbagi, kita jangan menyempitkan pikiran kita hanya pada materi. Ani mungkin masih anak-anak dan belum mengerti, namun kita sebagai orang tua harus menanamkan pikiran untuk mau saling berbagi pada anak sedari dini. Yang terpenting, orang tua harus memberikan contoh yang baik dan benar juga untuk berbagi.
What to Share
Tidak hanya materi yang dapat dibagikan pada sesama, atau anak kita. Cerita, pengalaman, waktu juga dapat dibagikan. Bila kita terbiasa membagi waktu kita untuk selalu memberi saat-saat tertentu berbagi kisah hari ini dengan anak, maka anak juga akan terbiasa dengan sendirinya terbiasa untuk berbagi. Jangan kaget kalau suatu hari, sepulang dari sekolah, anak Anda bisa langsung berteriak masuk ke dalam rumah dan menceriterakan kegiatannya hari itu di sekolah. Dengarkan dulu, baru setelah itu sambil ngobrol dengan anak, Anda minta dia untuk berganti pakaian, dan sebagainya.
Sekali-kali jangan menolak atau menghalangi anak untuk berbagi. Kadang, saat anak mau membagikan kue atau permennya pada orang tuanya, orang tua cenderung menolak halus dengan berkata, “Nggak usah, buat adek aja,” misalnya. Terima saja pemberiannya atau dengarkan dulu ceritanya sambil memberikan respon tentunya. Dengan begitu anak akan merasa senang karena diperhatikan, dan mereka akan merasa bahwa berbagi itu menyenangkan.
Sharing is Easy
Anak juga harus dibiasakan untuk berbagi dengan saudaranya. Ada langkah mudah untuk membiasakannya, yaitu dengan mengurangi jatah mereka. Misalnya, mereka 2 bersaudara, maka tak harus selalu membelikan dua buah mainan. Cukup belikan sesuatu dan ajarkan pada mereka untuk menggunakannya bergantian atau bersama-sama. Biarkan mereka berdua membuat kesepakatan sendiri. Tentu saja, orang tua bisa juga ikut campur untuk membantu membuat kesepakatan bila anak bingung dalam membuat kesepakatan tersebut. Langsung berikan contoh tindakan untuk berbagi, karena anak yang masih kecil belum mengerti apa itu konsep berbagi (mainan, misalnya).
Share the Joy Together with Friends. (Photo Doc. Eva Tarida) |
Jadikan pula pembelajaran untuk berbagi ini sebagai ajang belajar sederhana. Misalnya, ada tiga orang anak di rumah. Sediakan satu buah roti dengan ukuran cukup besar. Cobalah berikan pada mereka, dan biarkan mereka bertiga berpikir dan menentukan bagaimana membagi satu buah roti ini untuk bertiga.
Berbagi itu mudah, asal orang tua selalu membiasakannya sedari kecil, dan member contoh yang baik pada anak. Dengan berbagi kita dapat menyenangkan orang lain, membuat orang lain merasa nyaman, diperhatikan, dihargai, dan diterima.(eva tarida)
Narasumber : Ibu Sandrawati (Psikolog Anak); Dari Berbagai Sumber
*PS: Artikel buatan saya ini sudah pernah di Majalah Toddie
No comments:
Post a Comment
Thank you for dropping your thoughts here!